
Tapi, Indonesia bukan bangsa yang hanya bisa diam, bukan hanya bisa menjadi pesuruh bangsa-bangsa biadab. Indonesia akhirnya mampu bangkit hingga tepat tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia merdeka. Perlahan tapi pasti Indonesia membangun dan memperbaiki infrastruktur dampak dari bangsa penjajah. Ketika itu persatuan dan kesatuan negara ini sangat kuat. Namun, setelah kemajuan yang sebelumnya sangat pesat, kembali negara ini mengalami keterpurukan. Kali ini bukan karena dijajah oleh negara lain. Tapi dijajah dari internal negara itu sendiri. Kejadian terparah ketika Gerakan 30 PKI (G 30 S/PKI). Banyak jenderal yang dibunuh oleh bangsanya sendiri. Ditambah krisis moneter yang terjadi sekitar tahun 1997. Sejak saat itu, Indonesia masih selalu menyandang gelar “Negara Berkembang” hingga sekarang.
Negara-negara Asia Timur memang akhir-akhir ini menunjukkan konsistensinya sebagai negara yang maju. Tidak lain negara itu adalah Jepang dan Cina. Ya,kedua negara ini bersaing untuk menjadi penguasa dunia, baik dari teknologi atau ekonomi. Maglev atau dikenal Magnetic Levitation merupakan salah satu metode yang dikembangkan dari negara tersebut. Aplikasi maglev ini diterapkan pada angkutan massal, yaitu kereta api. Tujuan metode ini hanya satu, menjadikan jarak tempuh yang panjang bisa ditempuh dengan jarak sesingkat mungkin. Kereta maglev mampu mengambang secara magnetis. Prinsip kerjanya adalah memanfaatkan gaya angkat magnetik pada relnya sehingga terangkat sedikit ke atas, kemudian gaya dorong dihasilkan oleh motor induksi. Jadi dengan prinsip seperti itu, kereta mampu melaju dengan kecepatan sampai 650 km/jam. Dahsyat, jika dibandingkan dengan kereta api tercepat yang ada di Indonesia seperti Argo Anggrek yang hanya melaju rata-rata 80-100 km/jam.
Kereta maglev sendiri belum ada di negara-negara berkembang, mungkin karena pembangunan rel yang sangat mahal menjadi salah satu faktornya. Itulah kenyataan yang ada saat ini. Negara Indonesia belum bisa keluar dari penjajahan internal. Petinggi pejabat seharusnya memperhatikan dunia pendidikan, tidak hanya di pulau jawa tapi seluruh pelosok-pelosok Nusantara. Tidak mustahil dari pelosok nusantara terdapat anak yang jenius, Einstein-Einstein Indonesia. Tapi karena tidak ada fasilitas untuk menimba ilmu, Einstein tersebut hanya akan menjadi orang yang sia-sia. Selain itu, para ilmuwan-ilmuwan negeri ini seharusnya diberi fasilitas dan keleluasaan untuk meneliti. Jangan malah terdengar berita ilmuwan Indonesia melepaskan Warga Negaranya sebagai WNI.
Jangan tunggu nanti, mulailah dari sekarang apa yang bisa kita lakukan maka lakukanlah. Jika sebagai seorang mahasiswa, jadilah mahasiswa yang berprestasi, yang bisa mampu membawa negara Indonesia dikenal di dunia. Jika menjadi Pejabat negara, pegang terus amanah rakyat dan jangan sampai terbawa godaan dunia. Indonesia adalah negara yang besar, tapi bukan berarti besar untuk menjadi negara konsumen tapi jadilah negara yang produktif. Jika persatuan dan kesatuan pada masa kemerdekaan itu muncul kembali, tak mustahil Indonesia bisa menjadi negara berkembang pertama yang menerapkan kereta Maglev, bahkan predikat negara maju pun bisa diraih.
0 komentar:
Posting Komentar